Konon di kalangan Orang-orang ahlul kitab zaman dulu, tersebar desas-desus, berita secara luas mengenai akan datangnya seorang nabi di akhir zaman, yang akan sanggup menyelesaikan problematika-problematika kehidupan. Dan desas-desus itu memang sangatlah beralasan.! Mengapa ?
Setelah bumi dilanda berbagai macam keonaran, keruksakan dan kesesatan, semakin banyak manusia yang berharap akan datangnya juru selamat yang akan sanggup memperbaiki keadaan secara sempurna, tidak tambal sulam.
Di kawasan negeri Arab, pada waktu itu terdapat beberapa orang tokoh-tokoh terkemuka “yang masih lurus”, dan mereka muak melihat kebodohan yang merata, kemiskinan yang merajalela, premanisme yang berkuasa, hukum yang rimba, bisnis yang riba dan menjilat sudah biasa menjadi kebudayaan dalam penghidupan kesehariannya. Merekapun memimpikan kedudukan tinggi dan mulia sambil tak lupa menghayalkan kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkannya ! berkuasa , cis !
Di antara mereka itu ialah UMAYYAH BIN ASH-SHALT yang sya`ir-sya`ir gubahannya banyak berbicara mengatas namakan kebaikan Tuhan dengan segala sifat kesempurnaannya. Mengenai Orang seperti ini, Rosulullah SAW pun pernah memberikan tanggapannya :” Umayyah hampir saja memeluk Islam.”
Akan tetapi ketentuan, takdir dari Yang Maha Kuasa jauh melebihi impian-impian para penya`ir dan tokoh-tokoh terkemuka tersebut, yang secara tampilan nan baik hati yang telah muak melihat lingkungan sekitarnya. (hanya Allah lah yang tahu akan isi hati manusia !),
Takdir Illahi ternyata menyerahkan amanah ummat terbesar ini, hanya kepada orang yang tidak pernah memimpikannya dan tidak pernah pula mengharapkannya, apalagi rakus untuk menguasainya.
Alloh SWT pun berfirman,
Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) Karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu [1], sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir. (S. Al-Qashash : 86)
[1] Maksudnya: Al Quranul karim itu diturunkan bukanlah Karena nabi Muhammad s.a.w. mengharap agar diturunkan, melainkan Karena rahmat daripada Allah.
Jatuhnya pilihan kepada seorang manusia , untuk menerima tugas Risalah besar ini, sama sekali berada diluar harapan dan jangkauan manusia, Hal ini terjadi hanya dengan kekuatan Yang Maha Besar ………sehingga tidak mungkin diselewengkan oleh orang yang mengembannya, dia harus terpercaya.
Sekarang di zaman ini, zaman penuh kemunafikan, Betapa banyak manusia-manusia ambisius dalam kehidupan, yang bertopeng kejujuran, perhatian terhadap- ummat/rakyat, yang tidak mempunyai kemampuan apa pun , selain uang atau kekayaan, kekuasaan bekingan, dukungan atau pangkat, kebengisan atau intimidasi, keberanian berharap dan sebuah cita-cita yang se sa`at, betapa banyaknya tipe-tipe manusia seperti ini. Aduhai betapa malangnya bangsa itu !
Akan tetapi selalu ada dan banyak pula pribadi-pribadi yang tekun dan pendiam tidak ambisius apalagi mengiklankan dirinya supaya dikenal, namun bila mereka dibebani tugas kewajiban ternyata mereka sanggup membuktikan kemampuannya secara mengagumkan.
Harapan itu memang slalu ada !
Memang tidak ada yang dapat mengetahui, berapa tinggi nilai jiwa manusia itu selain Dzat yang menciptakannya, Dzat yang hendak memberi hidayah kepada seluruh ummat manusia di dunia, tentu IA akan mempersiapkan dan memilih manusia berjiwa besar pula, untuk melaksanakan tugas, narasi besar nan mulia ini.
Pada masa jahiliyah dulu, semua orang arab pada umumnya memandang Muhammad saw sebagai Pribadi yang mulia. Mereka menghormati beliau karena perangai dan budi pekerti nya yang benar-benar menunjukan keagungan beliau sebagai manusia sempurna.
Walaupun begitu, mereka para tokoh-tokoh itu tidak pernah membayangkan, bahwa hari depan ummat manusia akan berhubungan erat dengan kehidupan kepemimpinan Muhammad saw. Tidak pernah terlintas dalam fikiran mereka (orang-orang jahiliyah), bahwa hikmah, kearifan, kejujuran, amanah dan ilmu akan memancar dari ucapan dan tutur kata Muhammad saw sehingga keadilan, kesejahteraan bahkan keamanan dan kenyamanan hidup manusia tersebar merata keseluruh dataran rendah dan melampaui bukti-bukit tinggi dan ngarai.
Dan diapun memilih kehidupannya menjadi Nabi yang hamba bukannya Nabi yang raja, pilihan yang sangat cerdas sehingga orang-orang pun berhimpun denganya. Tidak membutuhkan kompanye apalagi iklan tipuan kepribadian.
Pilihan Allah datang secara tiba-tiba kepada Muhammad saw, sedemikian takut dan gemetar, ketika beliau menyadari hal itu, namun kemudian beliau dengan tenang dan mantap menerima Wahyu Ilahi yang diturunkan kepadanya.
Begitulah selanjutnya kenabian dan kerasulan beliau, semakin kokoh diperkuat oleh wahyu-wahyu Ilahi yang selalu membimbingnya.
Selama kurun waktu dua puluh tiga tahun itu ayat-ayat Al-Qur`an turun, di makkah 13 tahun dan di madinah 10 tahun, menurut berbagai peristiwa dan situasi yang terjadi pada waktu-waktu tertentu. Periode yang cukup panjang itu merupakan tahapan demi tahapan pembelajaran, yakni belajar dan mengajar (QS Ali-Imran Ayat 79)
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” akan tetapi (Dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani[2], Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
[2] Rabbani ialah orang yang Sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah s.w.t.
Allah SWT mengajar rasul-Nya, sedangkan Rasulullah saw mencamkan dan menghayatinya hingga menjadi kepribadian dalam kehidupannya, (QS Ali-Imran Ayat 146 dan 164)
146. Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah Karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
164. Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Setelah itu beliau mengajarkannya kepada orang-orang dengan penuh ketekunan, kesungguhan, kecintaan dan kasih sayang.
128. Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.
129. Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiKu; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya Aku bertawakkal dan dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung”.
Turunnya Al-Quran dengan cara bertahap ( 13 tahun) adalah kehendak Allah SWT Yang Maha Bijaksana, karena soal waktu memang merupakan bagian dari therapy kejiwaan, bagian dari proses kehidupan politik bangsa-bangsa, berpolitiknya anak-anak bangsa dan juga merupakan bagian dari penetapan hukum-hukum yang HARUS berlaku .
Cara Al-Qur`an dalam mengemukakan makna dan tujuannya – dengan lamanya waktu yang diperlukan, untuk menyatukannya sebagai kesatuan – itulah salah satu kekuatan mu`jizatnya Al-Qur`an.
Kenyataan telah membuktikan, ayat-ayat yang turun pada massa belakangan, sepenuhnya sesuai dan sejalan dengan ayat-ayat yang turun pada masa-masa permulaan, satu sama lainnya saling memperkuat, bertautan dan menyempurnakan (QS 2:185)
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
hingga seolah-olah semuanya turun dalam satu helaan nafas (QS 25:32-33)
Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah[3] supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya[4].
[3] Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati nabi Muhammad s.a.w menjadi Kuat dan tetap.
[4] Maksudnya: setiap kali mereka datang kepada nabi Muhammad s.a.w membawa suatu hal yang aneh berupa usul dan kecaman, Allah menolaknya dengan suatu yang benar dan nyata.
Pada saat kita membaca jawaban seperti itu, dalam Al-Qur`an, tentu kita akan merasakan tumbuhnya keyakinan yang meraksuk kuat ke dalam hati, menghancurkan semua keragu-raguan yang ada pada diri.
Rasulullah saw dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman, tidaklah memikirkan diri mereka sendiri, mereka selalu memikirkan ummat dan tidak pula memikirkan nasib apa yang akan dialaminya, sebab mereka telah menyerahkannya kepada Allah SWT, mereka adalah orang-orang yang selalu mengajak manusia supaya beriman dan bertawakal kepada Allah SWT, supaya berbuat jujur, menepati janji-janjinya, hingga syurgalah balasannya, syurga seluas langit dan bumi, didalamnya terdapat berbagai kenikmatan-kenikmatan.
Jika kita mau, terbuka lebar jalan untuk memasukinya, dengan mendekatkan diri pada-Nya, menjalankan semua titah perintah-Nya, menjauhi semua larangan-larangan- Nya, mari kita bergabung dengan nya ! Dia, Rosulullah saw sang pembebas, gurunya reformasi sejati, pembimbing peradaban kemuliaan manusia .
21. Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.